Judul postingan RSS Feed : Putin Mulai Melemah! Pasukan Memberontak, Sekutu 'Berkhianat' - CNBC Indonesia
link : Putin Mulai Melemah! Pasukan Memberontak, Sekutu 'Berkhianat' - CNBC Indonesia
Putin Mulai Melemah! Pasukan Memberontak, Sekutu 'Berkhianat' - CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Posisi Vladimir Putin sebagai presiden Rusia disebut-sebut mulai goyah. Hal ini melihat situasi yang melingkupi orang nomor satu Negeri Beruang Putih itu, yang mengindikasikan adanya perlawanan terhadap kehendak Kremlin di tengah perang melawan Ukraina.
Pekan lalu, saat Putin berbicara di KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO), ibu kota Rusia telah mendapatkan serangan pesawat tanpa awak atau drone. Pejabat Rusia mengatakan mereka menembak jatuh beberapa drone di pinggiran Moskow.
Lalu ada kabar bahwa kepala tentara bayaran Grup Wagner, Yevgeny Prigozhin, yang masih berada di Rusia. Hal ini dikonfirmasi oleh Presiden Belarusia yang juga sekutu dekat Putin, Alexander Lukashenko.
Kremlin sebenarnya telah mengatakan bahwa pada tanggal 29 Juni, Putin dan Prigozhin mengadakan pertemuan, 5 hari setelah Wagner memutuskan untuk memberontak.
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan dalam pertemuan itu, Presiden Putin telah memberikan "penilaian" atas upaya perang Ukraina dan pemberontakan yang dilakukan Prigozhin dan anak buahnya.
Menurut jurnalis senior Frida Ghitis, pertemuan SCO yang diikutinya disebut-sebut dimaksudkan untuk meningkatkan upaya pembuktian di hadapan dunia internasional bahwa posisinya masih kuat. Namun, dua kejadian ini dirasa membuat Putin perlu untuk mengkalibrasi ulang pencitraannya.
"Berbicara di KTT, Putin mencoba untuk memperkuat pesan yang disampaikan kepada rakyat Rusia, klaim bahwa semua orang Rusia telah mendukungnya," ujarnya dikutip CNN International, Rabu (12/7/2023).
"Namun, kenyataannya sangat berbeda. Prigozhin mengklaim militer Rusia tidak menghadapi perlawanan saat mereka merebut Rostov, sebuah kota besar yang berbatasan dengan Ukraina di barat, mengambil alih markas militer di sana dan kemudian berbaris hampir tanpa perlawanan hingga 125 mil dari Moskow."
Ghittis kemudian menambahkan bahwa Putin kembali kehilangan taji saat tuan rumah KTT SCO, Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi, memutuskan untuk mengadakan acara secara virtual, alih-alih membawa para pemimpin ke New Delhi. Menurutnya, kondisi seperti ini menyulitkan orang nomor satu Rusia itu untuk mengungkapkan posisinya.
"Jika bisa menyampaikan kasusnya secara langsung, Putin akan berbicara panjang lebar dengan Modi, Xi, Presiden Iran Ebrahim Raisi, dan lainnya. Itu, alih-alih mengumpulkan kamera selama tiga jam dengan cepat, bisa membantu memperkuat ikatan," paparnya.
'Ditusuk' Sekutu
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat ini disebut-sebut telah melakukan 'pengkhianatan' terhadap Putin. Pasalnya, baru-baru ini beberapa kali Erdogan terlihat mengambil keputusan yang mengingkari kesepakatan dengan Putin.
Terbaru, Turki dilaporkan memulangkan Komandan Batalyon Azov ke Ukraina. Langkah ini dianggap sebagai pengkhianatan bagi Rusia. Pasalnya, hal itu mengingkari kesepakatan yang ditengahi oleh Ankara yang berjanji untuk mempertahankan komandan Azov di Turki sampai akhir perang Rusia di Ukraina.
Selain itu, Erdogan pada Senin (10/7/2023) setuju meneruskan tawaran Swedia untuk bergabung dengan aliansi militer NATO ke parlemen. NATO sendiri notabenenya adalah rival pertahanan Rusia dan masuknya Stockholm dalam aliansi itu disebabkan serangan Moskow pada Ukraina, yang dianggap telah mengancam keamanan Negeri Scania.
Negosiasi yang dilakukan Erdogan dan Putin terkait kesepakatan biji-bijian Laut Hitam dengan Ukraina yang ditengahi PBB dan Turki masih tersendat.
Pada Sabtu pekan lalu lalu Erdogan mengatakan telah menekan Rusia untuk memperpanjang kesepakatan biji-bijian setidaknya tiga bulan dan mengumumkan kunjungan Putin pada bulan Agustus. Kesepakatan sendiri akan berakhir pada 17 Juli mendatang.
Di sisi lain, Kremlin mengatakan selama akhir pekan tidak ada panggilan telepon yang dijadwalkan dan tidak ada kepastian tentang pertemuan kedua pemimpin tersebut.
Kantor berita Rusia RIA pada Senin (10/7/2023) melaporkan negosiasi antara kedua kepala negara menjadi satu-satunya harapan untuk memperpanjang kesepakatan biji-bijian Laut Hitam yang akan berakhir pekan depan.
Kesepakatan Laut Hitam antara Rusia dan Ukraina telah ditengahi oleh PBB dan Turki pada Juli 2022. Ini bertujuan untuk mencegah krisis pangan global dengan membiarkan biji-bijian Ukraina dapat diekspor dengan aman dari pelabuhan Laut Hitam meski serangan Rusia masih berjalan.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Geger Kudeta Wagner Goyang Putin, Awas Bumi 'Kiamat' Minyak
(luc/luc)
Artikel populer - Google Berita
Demikianlah Artikel Putin Mulai Melemah! Pasukan Memberontak, Sekutu 'Berkhianat' - CNBC Indonesia
Anda sekarang membaca artikel Putin Mulai Melemah! Pasukan Memberontak, Sekutu 'Berkhianat' - CNBC Indonesia dengan alamat link https://subscribe-id.blogspot.com/2023/07/putin-mulai-melemah-pasukan-memberontak.html
No comments: