Judul postingan RSS Feed : Piala Sudirman 2019 dan Peringatan-peringatan untuk Indonesia
link : Piala Sudirman 2019 dan Peringatan-peringatan untuk Indonesia
Piala Sudirman 2019 dan Peringatan-peringatan untuk Indonesia
May 31, 2019 at 02:15PMJakarta - Jika menengok kegagalan di 2017, tercapainya target semifinal di Piala Sudirman 2019 adalah sebuah peningkatan. Namun, haruskah Indonesia 'terima-terima saja' dengan terpenuhinya target itu?Tim bulutangkis Indonesia datang ke Nanning, China, dengan harapan menebus kegagalan di Piala Sudirman 2017. Dua tahun lalu di Australia, skuat Merah Putih untuk pertama kalinya dalam sejarah tak lolos dari fase grup.
Maka, target semifinal di Piala Sudirman 2019 dipasang. Target tersebut juga menyesuaikan posisi Indonesia di daftar unggulan turnamen.
Indonesia kemudian kalah 2-3 dari Denmark di laga terakhir. Meski kalah, Indonesia tetap lolos ke perempatfinal dengan status sebagai juara grup.
Di perempatfinal, Indonesia harus bersusah payah untuk menyingkirkan Taiwan. Pertandingan harus ditentukan hingga partai kelima sebelum akhirnya Indonesia menang 3-2.
Jepang kemudian jadi lawan Indonesia di semifinal. Sempat merebut poin pertama lewat kemenangan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Indonesia kemudian harus terhenti dan mengakui keunggulan Jepang dengan skor 1-3.
Puasa gelar Indonesia di Piala Sudirman pun berlanjut. Indonesia harus menunggu lebih lama lagi untuk memulangkan Piala Sudirman yang terakhir kali dimenangi pada 1989 itu.
Jika menilik para pemain yang dibawa ke Nanning, skuat Indonesia sebenarnya tak buruk-buruk amat meski tak bisa dibilang sekuat dan semerata China atau Jepang.
Sektor ganda putra masih jadi nomor terkuat dan andalan. Indonesia memiliki pasangan nomor satu dunia, Kevin/Marcu. Dua pasangan lainnya, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, menghuni papan atas peringkat BWF masing-masing di posisi keempat dan keenam.
Di ganda putri, Indonesia mengandalkan Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Mereka menduduki peringkat kelima dunia.
Greysia Polii/Apriyani Rahayu memiliki PR menghadapi ganda-ganda Jepang. Foto: Wahyu Putro/Antara
|
Sementara di tunggal putra, Indonesia membawa Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie. Mereka tercatat pernah membuat kejutan dengan mengalahkan pemain-pemain top.
Ganda campuran mempunyai dua pasangan yang menghuni posisi 10 besar peringkat dunia. Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti berturut-turut menduduki peringkat enam dan tujuh dunia. Sementara itu, di tunggal putri, Indonesia punya Gregoria Mariska Tunjung dan Fitriani.
Lalu di mana salahnya?
Kekuatan yang tak merata bisa dibilang jadi penyebab utama kegagalan Indonesia. Sepanjang Piala Sudirman 2019, sektor ganda menjadi tumpuan utama untuk memetik poin.
Ganda putra tak pernah absen menyumbang poin di Piala Sudirman 2019. Kevin/Marcus dan Ahsan/Hendra yang turun di turnamen tersebut mampu mengatasi lawan-lawannya.
Ganda putri juga relatif sukses. Greysia/Apriyani selalu menyumbang poin sejak fase grup sebelum akhirnya tumbang di tangan ganda putri Jepang peringkat pertama dunia, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara, di semifinal.
Sementara itu, ganda campuran memang tak dapat poin di fase grup. Tapi, Praveen/Melati kemudian menjadi penentu kemenangan Indonesia atas Taiwan di perempatfinal.
Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti diminta lebih konsisten. (Wahyu Putro A/Antara Foto)
|
Sektor tunggal putra justru jauh dari harapan. Hanya satu kemenangan yang dicatatkan sektor ini di sepanjang Piala Sudirman 2019. Itu terjadi saat Anthony menang atas wakil Inggris, Toby Penty, di fase grup.
Setelahnya, Anthony kalah dari Viktor Axelsen (Denmark) dan Kento Momota (Jepang). Jonatan yang turun di laga melawan Taiwan juga tumbang di tangan Chou Tien Chen.
Setali tiga uang, tunggal putri juga cuma menang satu kali saat Gregoria menumbangkan Abigail Holden (Inggris) di fase grup. Baik Gregoria maupun Fitriani kemudian kalah di laga-laga berikutnya.
Hasil di Piala Sudirman 2019 sepatutnya jadi peringatan untuk tim bulutangkis Indonesia. Selama kekuatan belum merata, Indonesia bakal kesulitan bersaing dengan tim-tim seperti China dan Jepang. Indonesia tak mungkin terus-terusan berharap pada kejutan.
Indonesia mempunyai segudang pekerjaan rumah untuk meratakan kekuatan di semua sektor. Di sektor tunggal putra, misalnya, baik Anthony maupun Jonatan wajib menjaga konsistensi permainan.
Secara peringkat, Anthony dan Jonatan memang sudah masuk di 10 besar dunia. Melawan pebulutangkis-pebulutangkis top seperti Kento Momota, Viktor Axelsen, atau Shi Yuqi, Anthony dan Jonatan juga pernah mencatat kemenangan.
Tapi, kemenangan atas pebulutangkis papan atas tak seharusnya cuma jadi kejutan. Kemenangan atas pemain-pemain top sudah seharusnya dijadikan kebiasaan oleh Jonatan dan Anthony.
Tunggal putri jadi nomor yang perlu perhatian ekstra. Gregoria dan Fitriani masih jauh dari kata konsisten.
Ketahanan fisik jadi sorotan utama. Gregoria, sebagai contoh, dalam beberapa laga Piala Sudirman 2019 mampu mengimbangi permainan lawan seperti Tai Tzu Ying dan Akane Yamaguchi di awal gim. Namun, selepas interval, pebulutangkis 19 tahun itu kemudian justru menurun.
Di nomor ganda putri, Indonesia tak mungkin jika harus terus-terusan mengandalkan Greysia/Apriyani. Apalagi Greysia kini sudah tak muda lagi (31 tahun). Sektor ini harus segera mencari pelapis yang sepadan.
Apalagi, Jepang begitu perkasa di sektor ini. Mereka mempunyai tiga pasangan sekaligus di tiga posisi teratas peringkat BWF.
Hafiz/Gloria dan Praveen/Melati di sektor ganda campuran juga punya PR. Meski sudah masuk persaingan papan atas, mereka harus memberi bukti bahwa ganda campuran Indonesia tetap bisa diandalkan, terutama selepas pensiunnya Liliyana Natsir.
Ganda putra yang digadang-gadang menjadi sektor terkuat pun tetap harus pintar-pintar menjaga performa. Pekerjaan rumah untuk Fajar/Rian adalah menjaga konsistensi permainan setelah menembus persaingan ganda putra papan atas dunia.
China juara Piala Sudirman 2019 dengan skuat muda. (Wang Zhao/AFP)
|
Kesuksesan China menjuarai Piala Sudirman 2019 dengan skuat yang relatif muda juga harus jadi perhatian Indonesia. Kecuali Chen Long, semua pemain China di skuat Piala Sudirman 2019 masih berusia kepala 2. Han Yue bahkan baru berusia 19 tahun -- seumuran Gregoria.
Dari 20 pemain di skuat China, 14 di antaranya lahir pada 1996 atau lebih muda. Itu berarti mereka pula yang akan jadi rival para pebulutangkis Indonesia selama beberapa tahun ke depan.
Peringatan-peringatan tersebut bukan cuma demi memulangkan Piala Sudirman ke tanah Air. Sejumlah kejuaraan besar sudah menunggu Kevin Sanjaya Sukamuljo dkk dalam waktu dekat.
Tahun ini, masih ada Kejuaraan Dunia Bulutangkis yang akan bergulir pada 19-25 Agustus. Sementara pada 2020, ada Olimpiade dan Piala Thomas-Uber. Bulutangkis Indonesia wajib berbenah jika tak mau kepayahan di kejuaraan-kejuaraan yang tidak biasa-biasa tersebut.
***
Penulis merupakan jurnalis detikSport yang mengikuti langsung penampilan pebulutangkis Indonesia dalam Piala Sudirman 2019 di Nanning, China, beredar di Twitter dengan @ndsalusi
(nds/fem)
from sport.detik
Demikianlah Artikel Piala Sudirman 2019 dan Peringatan-peringatan untuk Indonesia
Anda sekarang membaca artikel Piala Sudirman 2019 dan Peringatan-peringatan untuk Indonesia dengan alamat link https://subscribe-id.blogspot.com/2019/05/piala-sudirman-2019-dan-peringatan.html
No comments: